Kamis, 04 Agustus 2011

Mitos di Taman Sari

Perjalanan kali ini adalah menuju ke Tamansari Yogyakarta, cuaca hari ini pun sangat mendukung, walau agak mendung. Beranjak dari kantor di jalan Sugeng Jeroni yang letak nya tidak jauh dari Taman Sari, kami pun berangkat pada pukul setengah duabelas. Perjalanan kali ini menggunakan motor dan hanya menempuh 5 menit dari kantor.

Melalui jalur terdekat akhirnya kami sampai di tujuan, yaitu Tamansari. Tidak perlu berlama-lam di tempat parkir kami pun beranjak masuk ke untuk membeli tiket masuk seharga Rp.5000 saja. Setelah masuk kedalam kami memutuskan untuk menggunakan Guideman. Pada kali ini yang berkesempatan menjadi guideman kami adalah Pak Rusdikiswanto, beliau adalah salah satu dari sekian banyak guide yang ada di Tamansari. Beliau sudah menjadi guideman sejak sepuluh tahun yang lalu dan melalui beliau lah kami bisa bertanya-tanya seputar Tamansari.
 Tur Guide kami pun dimulai berawal dari depan hingga ke istana Taman Air. Dari berbagai lokasi yang ditunjukkan oleh pak Rusdi mitos-mitos dari taman sari lah yang membuat saya tertarik. Ada berbagai mitos yang ada di taman sari, seperti ukiran tolak bala hingga tempat persemedian atau pertapaan untuk Sultan dan Permaisurinya.
 Ukiran tolak bala merupakan ukiran kepala dengan bentuk yang seram, kepala tersebut menjulurkan lidah dengan taring yang panjang. “Symbol ini merupakan symbol untuk menolak bala” ujar pak Rusdi. 
Pada saat kami sampai pada lokasi Ledoksari, ternyata terdapat mitos lain selain mitos tolak bala yaitu  mitos untuk Sultan dan Permaisuri, yaitu mitos untuk mendapatkan anak laki-laki. Tempat ini disebut dengan ‘Ledoksari’. Di satu ruangan terdapat dua tempat terpisah yang memisahkan Sultan dan Permaisurinya. Disebelah kanan merupakan tempat untuk Sultan, sedangkan disebelah kirinya merupakan tempat untuk Permaisuri. Dengan menjalan kan puasa selama lima belas hari maka di harapkan sang Permaisuri bisa mendapatkan atau melahirkan seorang anak laki-laki.
 Selain mitos tersebut juga sering terdengar mitos bahwa terdapat jalan rahasia menuju laut selatan yakni jalan yang dapat menghubungkan Sultan dengan Sang Penguasa Laut Selatan. Tepatnya berada di Sumur Gemuling atau masjid bawah air. Namun hal ini di bantah  oleh pak Rusdi “Yang sebenarnya adalah jalan menuju ke danau selatan yaitu menuju ke persemedian Sultan Ledoksari”.
 Dan akhirnya tur guide kami pun sampai pada istana Taman Air, dan ini merupakan tempat terakhir untuk tur guide kami.(yudha)