Kamis, 04 Agustus 2011

99 Point Mistis 99 Point nyali


GUA Langse terletak di kaki tebing pantai Parangtritis, Warga sekitar juga menyebut Gua Langse sebagai Gua Kanjeng Ratu Kidul. Suasan sekitar goa sangat berbau mistis. Namun dibalik itu semua kita bisa mendapatkan pemandangan yang luar biasa. Kita bisa melihat hamparan laut selatan dari atas tebing, selain itu kita juga dapat melihat pesisir pantai Parangtrisis hingga  Pantai Samas.

Untuk menuju ke Goa Langse dapat melalui jalan Parangtristis terus menuju keatas bukit mengikuti jalur menuju Wonosari, kurang lebih 400m dari jalan besar terminal Parangtritis ada pertigaan, kemudian belok kanan. Ikuti jalan tersebut hingga menemui jalan berbatu dan berpas-pasan dengan pertigaan, belok kanan. Dari jalan itu kurang lebih 1,5km sampai pada base Goa Langse. Dari base kita menyusuri jalan setapak kurang lebih 500m. Kita akan menemui bebatuan besar dan terdapat dinding yang di buat dengan semen dan batu. Dari situ kita menyusuri dinding tebing yang terjal menggunakan tangga kayu dan besi. Berhati-hatilah karna 99 point nyali ada di area ini. Jika diperlukan, Anda juga bisa menggunaan jasa pemandu oleh penduduk setempat yang berada di sekitar base.

Sayang sekali saya hanya sampai pata titik ini karna teman saya tidak berani untuk turun kebawah. Sekali lagi 99 point untuk nyali, benar-benar butuh nyali yang besar ketika akan melintas menyusuri tebing Goa Langse.

Pada saat di base saya sempat meliat buku tamu yang diisi oleh para pengunjung, ternyata Goa Langse cukup sering dikunjungi walau sempat berfikiran Goa Langse adalah Goa tidak terjamah, maksudnya akses untuk menuju kesana cukup berat karna melintasi jalan yang berbatu tajam(lagi-lagi 99 point untuk nyali). Akhirnya saya pun betanya pada penjaga Goa Langse "kebanyakan pengunjung datang dengan maksud apa pak?" Dan penjaga menjawab “Untuk ritual mas”. Wah 99 point untuk mistis. Tidak tanggung-tanggung ada yang menginap, dan saya pun ditanya “menginap brapa lama?”, saya menjawab “Wah, kami ndak nginap Pak, Cuma pengunjung biasa kok.”, kami disangka akan melakukan ritual "hahahaha". Jangan lupa membayar sumbangan kontribusi pada saat mengisi buku tamu, rata-rata temu menyumbang sebesar Rp. 10.000,-. 

Jika Anda memang benar-benar bernyali silanhkan saja langsung menuju Goa Langse. Karna belum punya kamera sendiri, maka seluruh gambar/foto yang ada di artikel ini  diambil dari http://pemburufotoalam.blogspot.com :D

Yudha, 

Mitos di Taman Sari

Perjalanan kali ini adalah menuju ke Tamansari Yogyakarta, cuaca hari ini pun sangat mendukung, walau agak mendung. Beranjak dari kantor di jalan Sugeng Jeroni yang letak nya tidak jauh dari Taman Sari, kami pun berangkat pada pukul setengah duabelas. Perjalanan kali ini menggunakan motor dan hanya menempuh 5 menit dari kantor.

Melalui jalur terdekat akhirnya kami sampai di tujuan, yaitu Tamansari. Tidak perlu berlama-lam di tempat parkir kami pun beranjak masuk ke untuk membeli tiket masuk seharga Rp.5000 saja. Setelah masuk kedalam kami memutuskan untuk menggunakan Guideman. Pada kali ini yang berkesempatan menjadi guideman kami adalah Pak Rusdikiswanto, beliau adalah salah satu dari sekian banyak guide yang ada di Tamansari. Beliau sudah menjadi guideman sejak sepuluh tahun yang lalu dan melalui beliau lah kami bisa bertanya-tanya seputar Tamansari.
 Tur Guide kami pun dimulai berawal dari depan hingga ke istana Taman Air. Dari berbagai lokasi yang ditunjukkan oleh pak Rusdi mitos-mitos dari taman sari lah yang membuat saya tertarik. Ada berbagai mitos yang ada di taman sari, seperti ukiran tolak bala hingga tempat persemedian atau pertapaan untuk Sultan dan Permaisurinya.
 Ukiran tolak bala merupakan ukiran kepala dengan bentuk yang seram, kepala tersebut menjulurkan lidah dengan taring yang panjang. “Symbol ini merupakan symbol untuk menolak bala” ujar pak Rusdi. 
Pada saat kami sampai pada lokasi Ledoksari, ternyata terdapat mitos lain selain mitos tolak bala yaitu  mitos untuk Sultan dan Permaisuri, yaitu mitos untuk mendapatkan anak laki-laki. Tempat ini disebut dengan ‘Ledoksari’. Di satu ruangan terdapat dua tempat terpisah yang memisahkan Sultan dan Permaisurinya. Disebelah kanan merupakan tempat untuk Sultan, sedangkan disebelah kirinya merupakan tempat untuk Permaisuri. Dengan menjalan kan puasa selama lima belas hari maka di harapkan sang Permaisuri bisa mendapatkan atau melahirkan seorang anak laki-laki.
 Selain mitos tersebut juga sering terdengar mitos bahwa terdapat jalan rahasia menuju laut selatan yakni jalan yang dapat menghubungkan Sultan dengan Sang Penguasa Laut Selatan. Tepatnya berada di Sumur Gemuling atau masjid bawah air. Namun hal ini di bantah  oleh pak Rusdi “Yang sebenarnya adalah jalan menuju ke danau selatan yaitu menuju ke persemedian Sultan Ledoksari”.
 Dan akhirnya tur guide kami pun sampai pada istana Taman Air, dan ini merupakan tempat terakhir untuk tur guide kami.(yudha)